READING IS MEMBACA: Wayang kulit

Wayang kulit

Wayang telah di akui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Karena kekuatan cerita dan kepiawaian para dalang sejak jaman kuno, wayang secara filosofis dan ontologism menunjukan wujud pikiran dan lakon kehidupan manusia. Wayang kulit adalah warisan budaya Jawa sejak jaman kuno yang berisi ajaran tentang watak jiwa manusia.
Wayang kulit sudah ada sejak jaman Kediri(1104 – 1222M). Yang kemudian mencapai puncak kepopulerannya dengan di tata berwujud gambar miring pada jaman Demak. Menurut Kitab Harjuna Wiwaha karangan Empu Kanwa di mamenang,-Kediri, ada kalimat yang berbunyi dan mengandung arti setelah di terjemahkan seperti ini :
“ Orang melihat wayang lalu ada yang menangis serta ikut prihatin dalam hati meskipun sudah tahu kalau yang di tinton itu hanyalah berwujud kulit di ukir dan di tatah di enmtuk seperti orang, bias bergerak dan berbicara, yang menonton wayang hanya seperti manusia yang mengagungkan keduniawian yang nikmat, lalu tiba-tiba tersadar bahwa semua itu hanyalah bayangan yang dating seperti siluman dan pergi seperti bermain sulap saja. Sebenarnya wayang itu bergerak dan berbicara ,tertawa, suka,ada yang menangis, bergerak menurut kehendak ki Dhalang yang menjalankan wayang tadi.”
Para seniman menganggap wayang sebagai salah satu puncak estetika Jawa, karena dalam satu pentas meliputi seni drama, seni lukis, seni music, seni tari dan seni audio visual. Istilah wayang juga memiliki banyak arti. Wayang ajadang di artikan sebagai tiruan orang,benda bernyawa,dan benda lainnya yang etrbuat dari pahatan kulit binatang, kayu, kertas dan benda-benda lainnya.
Ada jenis wayang, di mulai dari wayang di mulai dari wayang Beber, WayangGedhog, Waang Golek, Wyang keeling, Wayang kelitik, Wayang kulit, Wayang mumbling, Wayang kancil, wayang Sadat, Wayang Wong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © READING IS MEMBACA Urang-kurai